Page

Rabu, 27 Februari 2013

Kata2 terakhir sebelum selesai pertemuan itu

Mas Agus: "Kerjakanlah apa yang harus dikerjakan."

Kak Kristin: "jadi diri kalian. jgn munafik. jangan sombong. jangan tipu2."

Kak Alfons: "jgn lupa minum vit.C."

Bang Jimmy: "Jd pengurus gk usah terlalu bnyk mengeluh. terus majulah. harus ada kemajuan dr yg kmrn."

Om Bruno: "Carilah hiburan. gk perlu yg mahal2, kumpul lah bakar2 sandal jepit, terong atau apa."

Bang Veerist: "pengen ingatin, disini adalah org2 pilihan. tapi 1 aja, lakukan itu semua utk Tuhan. Kalian adalah org2 yg Tuhan syg, seyogyanya kalian jg syg sm Tuhan. Gk ada gunanya IKNA besar tp gk ada Tuhan."

Kak Vino: "Tetap semangat aja intinya. Klo tdk semangat cari cara utk semangat."

:)

Minggu, 17 Februari 2013

Minggu Sore di Maria Asumpta

Selokan mataram menebarkan aroma tak sedap sekarang. Diparkiran saya dan Alvino bercanda, apa perlu kita (IKNA) bhaksos bersihin selokan mataram lagi hahaha.
Kami percepat langkah saat lonceng berbunyi disahuti gema koor dari dalam gereja.
Misa minggu I masa prapaskah di Gereja Maria Asumpta Babarsari.
Kata Alvino dia suka misa disini karna banyak mahasiswi. Tapi kadang boring gara-gara lama. Kotbah juga kurang sedap. Tapi saya tetap pada jalurnya, dan Pastur berkotbah dengan beberapa kesimpulan yang sempat saya catat dan save di memory otak.
Dari bacaan Injil hari ini yang menceritakan tentang pencobaan kepada Yesus oleh setan, adalah prinsip bahwa:
1. Manusia hidup dari Firman Tuhan,
2. Yang patut disembah hanyalah Allah,
3. Jangan sekali-sekali mencobai.Yesus, Tuhan Allah-mu.
Hendaknya bisa kita jadikan sebagai pedoman bukan? :)

Satu lagi yang saya temukan untuk diri sendiri dan dishare yaitu, kita juga bisa belajar dari si setan. Dia tidak menyerah mencobai Yesus sekali saja. Tapi sampai 3 kali lho. Hahaha. Jadi kita juga jangan mudah menyerah kalo kerjain atau perjuangkan sesuatu yang baik. oke? Ya ngono wae lah ya :D

Sabtu, 16 Februari 2013

"RABU ABU-KU TAHUN INI"

Ini tentang hari Rabu Abu dimana semua umat katolik wajib untuk menerima tanda salib di dahi dari abu. Abu yang digunakan biasanya/setahu saya adalah abu bakaran sisa daun palem yang sudah kering, yang diberkati saat hari minggu palem masa pra-paskah tahun sebelumnya. Pengalaman dulu saat masih SMP-SMA masih tinggal di rumah, suka ngurus2 di Kapela St. Andreas Baumata, Kupang.
Baik kita tinggalkan itu, lanjut cerita rabu abu kemarin saya merasa kecewa pada diri sendiri.Why? Karena saat sampai di gereja parkiran sudah penuh. Kemudian begitu menginjakan kaki di pelataran terdengar ucapan seperti ini: "Demikianlah Injil.Tuhan" saya pun menjawab: "Terpujilah Kristus". Sahabatku, misa sudah setengah jalan, bacaan Injil selesai, dan saya baru datang. Sungguh ironi (hahaha).
Tapi apa yang kemudian saya lakukan? saya berdoa dan mengikuti kelanjutan misa dengan memohon hikmat dari Bapa. Dan apa yang saya dapat saat homili/kotbah Romo saat itu adalah: "Pikiran seringkali menjadi perancang untuk berbuat kejahatan. Maka dengan diberi salib abu di dahi, semoga pikiran kita tidak merancang hal-hal yg buruk melainkan di masa karantina puasa dan pantang ini pikiran kita sekalian selalu merancang hal-hal kebaikan."
Demikian yang ingin saya bagikan tentang Rabu Abu, semoga sahabat-sahabat yang membaca ikut memperoleh hikmat. Ameeennn!
Tuhan berkati :)

"MENGASIHI ORANG GILA"

Renungan Harian Sabtu, 16 Februari 2013
Bacaan Setahun: Bilangan 8-9
Nats: Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14)
Bacaan: 1 Korintus 13:1-13 Badannya tegap dan hatinya lembut. Umurnya sudah 50-an. Ia mengurusi orang gila yang berkeliaran di jalan. Ia membawa mereka ke rumahnya, memandikan mereka sampai bersih. Dengan dibantu istri dan beberapa pegawai, ia lalu membimbing orang-orang itu dengan sabar dan tekun sampai mereka kembali hidup normal. Ia berkarya tanpa pamrih, tanpa menuntut imbalan. Ia merindukan jiwa-jiwa itu mengalami keselamatan dan pembebasan. Jerih lelahnya tergantikan oleh sukacita saat menyaksikan mereka menyambut kasih Tuhan dan dipulihkan. Tidak semua orang memiliki kasih yang seperti ini. Kasih yang tidak mengharapkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Mungkin kita berpikir, untuk apa bersusah-payah mengurusi orang yang tidak kita kenal dan tidak waras seperti itu, sedangkan hidup kita saja sudah banyak masalah. Akan tetapi, Paulus, dalam nas hari ini, mengingatkan jemaat Korintus, agar mereka melakukan segala pekerjaan dalam kasih. Kasih berarti lebih mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan orang lain daripada kebutuhan atau kepentingan diri sendiri. Allah sudah mencurahkan kasih yang besar dalam kehidupan kita dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi penebusan dosa kita. Allah menginginkan agar kita hidup di dalam kasih dengan melayani orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan. Kasih Allah menjadi nyata sewaktu kita mulai memedulikan orang lain dan menolong mereka. Melalui kita orang percaya, kasih Allah yang tidak kelihatan dapat dialami dan dirasakan oleh orang banyak.
KASIH, SEPERTI KEHANGATAN, MEMANCAR DARI SEGALA SISI DAN MEMENUHI SETIAP KEBUTUHAN SAUDARA KITA–MARTIN LUTHER

SABDA.org
webmaster@sabda.org

"Melihat kemuliaan Yesus"

Santapan Harian Matius 17:1-13 Judul: Melihat kemuliaan Yesus Mengapa kisah pemuliaan Yesus ini ditempatkan segera sesudah pengumuman penderitaan Yesus yang pertama? Para murid sudah menyatakan iman mereka bahwa Yesus adalah Mesias. Namun, mereka dibingungkan oleh pernyataan Yesus sendiri bahwa Mesias harus menderita bahkan mati sebelum dibangkitkan. Apalagi, sebagai murid Yesus harus bersedia mengikut Dia, turut dalam penderitaan memikul salib. Peristiwa ini penting bagi para murid untuk meyakini bahwa memang Yesuslah Mesias yang dinubuatkan oleh PL. Pertama, kehadiran Musa dan Elia yang bercakap-cakap dengan Yesus menyatakan bahwa Yesus benar-benar Mesias yang dinubuatkan oleh PL. Musa mewakili Taurat dan Elia mewakili nabi-nabi. Ini pertama kalinya Yesus menampakkan kemuliaan-Nya dengan cara seperti ini. Kata yang diterjemahkan "berubah rupa" (2) berasal dari kata metamorfosis, perubahan luar yang berasal dari dalam. Berarti pada dasarnya Yesus adalah Allah. Sejak inkarnasi, Yesus merendahkan diri-Nya taat pada kehendak dan rencana Bapa untuk menyelamatkan manusia lewat kematian-Nya. Kedua, pernyataan dari surga (5). Pernyataan Bapa yang berkenan pada karya Kristus adalah yang kedua kalinya. Pertama, saat Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (3:17). Kedua, Allah Bapa menegaskan ulang misi Yesus, melalui penderitaan-Nya untuk penyelamatan manusia. Ketiga, paling tidak bagi sebagian murid, perkataan Yesus di Mat. 16:28 tergenapi. Yohanes, Yakobus, dan Petruslah yang menyaksikan sekilas Anak Manusia dimuliakan sebagai Raja. Keempat, menjawab pertanyaan para murid mengenai Elia yang akan datang, Yesus justru mengaitkannya dengan kedatangan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu Mesias. Yesus adalah Mesias yang menyelamatkan manusia berdosa. Karya-Nya ini sangat dihargai oleh Allah Bapa dan sempurna menyelamatkan manusia berdosa. Oleh karena itu, Dia pantas menerima kemuliaan sebagai Allah. Mari beri kemuliaan dan hormat hanya kepada Yesus! Diskusi renungan ini di Facebook: http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/16/ __________ Santapan Harian / e-Santapan Harian Bahan saat teduh yang diterbitkan secara teratur oleh Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) dan diterbitkan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). © 1999-2012 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi atau non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber tulisan dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org

Rabu, 06 Februari 2013

Ibadah Rabu IKNA

Matius 21:22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."

Amsal 3:5 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

Senin, 04 Februari 2013

"Lalang atau gandum?"

Sarapan Jiwaku Matius 13:24-30  Tumpang sari adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada satu lahan tanam dalam waktu yang bersamaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan. Si pemilik ladang -dalam perumpamaan yang Yesus sampaikan- tidak bermaksud mengadakan tumpang sari di ladangnya saat ia menyuruh hamba-hambanya membiarkan lalang tumbuh bersama gandum yang dia tanam. Karena jelas lalang tidak meningkatkan produktivitas lahan. Si pemilik ladang hanya tidak mau kalau gandum yang telah ditanam ikut tercabut bila hamba-hambanya mau mencabuti lalang itu (29). Bagi dia, lebih baik jika lalang dibiarkan tumbuh bersama gandum hingga saat menuai tiba. Karena pada waktu itulah akhir hidup keduanya akan ditentukan, lalang akan dibakar dan gandum akan dimasukkan ke lumbung (30). Perumpamaan tersebut merupakan gambaran mengenai keberadaan umat pilihan dan orang tak beriman di dunia ini. Keberadaan sebagai orang kudus tebusan Kristus, tidak menghindarkan umat dari kebersamaan dengan orang-orang yang tidak beriman di dunia ini. Meski berstatus sebagai orang kudus, umat pilihan tidak serta merta diisolasi dan tinggal bersama dalam suatu area secara eksklusif. Di dalam penjelasan-Nya, Yesus menyampaikan bahwa Tuhan membiarkan orang-orang jahat berada di tengah-tengah umat untuk kepentingan umat sendiri. Namun buah yang dihasilkan dari kehidupan mereka akan memperlihatkan, yang manakah orang jahat dan yang manakah umat. Sehingga pada akhir zaman, Tuhan datang untuk memisahkan umat pilihan dari orang-orang yang melakukan kejahatan dan orang-orang yang menyebabkan orang lain berbuat dosa (41). Hendaknya kita tidak lantas menebak-nebak apakah orang-orang tertentu termasuk lalang atau bukan ketika kita berada dalam kumpulan umat. Sebab Tuhan saja menentukan hal itu di akhir zaman nanti. Lagi pula masih ada kesempatan bertobat bagi setiap orang. Yang perlu dipastikan, apakah kita tidak termasuk orang yang melakukan kejahatan atau menyebabkan orang lain berbuat dosa.

SABDA.org
webmaster@sabda.org

"KUALITAS VS JABATAN"

Bacaan Setahun: Imamat 9-10
Nats: Mengenai mereka yang dianggap terpandang itu -bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka... (Galatia 2:6) 
Bacaan: Galatia 2:1-10 Semua orang ingin dihormati sesuai dengan posisi atau jabatan yang disandangnya walaupun kedudukan itu bukan diperolehnya karena suatu prestasi. Seharusnya, prestasi atau kualitas kerjalah yang menentukan tinggi rendahnya kedudukan seseorang di tempat kerja. Paulus memperjuangkan pengakuan atas kerasulannya tidak berdasarkan posisinya sebagai rasul, tetapi berdasarkan kualitas pelayanannya. Bagi Paulus, pengakuan akan posisinya sebagai rasul bukan hal yang terpenting. Ia jauh lebih menghargai kehormatan yang dipercayakan kepadanya untuk memberitakan Injil. Baginya, pengakuan Kristus terhadap kerasulannya jauh lebih tinggi atau lebih sah dibandingkan pengakuan dari manusia. Rasul Paulus tidak mundur dari pelayanan walaupun pengakuan akan jabatan kerasulannya masih diperdebatkan oleh kaum Yahudi yang memperjuangkan legalitas hukum Taurat. Ia menempatkan posisi Injil di atas segala peraturan manusia yang membelenggu sehingga ia mengabaikan desakan agar kewajiban bersunat diberlakukan bagi orang percaya bukan Yahudi. Kebenaran Injil yang sekarang menjadi patokan moral dan iman bagi setiap orang percaya. Bagaimana dengan kita, apakah kita mengejar kualitas atau hanya sekadar posisi? Di negeri ini banyak orang berlomba mengejar posisi dengan menghalalkan segala cara, mulai dari main suap sampai memakai ijazah palsu. Jangan terhanyut arus. Ingatlah, kualitas pribadi akan kita bawa sampai mati, sedangkan posisi bisa tumbang sewaktu-waktu jika tidak ditunjang oleh kualitas pribadi.
KARAKTER YANG BERKUALITAS AKAN MENJADI PENOPANG YANG TEGUH BAGI KEDUDUKAN DAN PENCAPAIAN YANG MENJULANG.

SABDA.org
webmaster@sabda.org

Jumat, 01 Februari 2013

"DI BALIK KETAATAN"

Renungan Harian
Bacaan Setahun: Imamat 1-3 Nats: Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang ditujunya. (Ibrani 11:8)

Bacaan: Ibrani 11:8-19 Beberapa tahun lalu, seorang pendeta senior di gereja kami dipindahkan dari Medan ke Lampung. Mutasi ini terjadi secara mendadak. Ia bergumul karena, dari segi materi, jemaat yang dilayaninya di Medan lebih kaya daripada jemaat di Lampung. Apalagi, saat itu salah seorang anaknya sedang kuliah di jurusan kedokteran di Medan, yang tentu saja membutuhkan banyak biaya. Setelah berserah dalam doa, Pak Pendeta taat pada penunjukan pemimpin gereja. Rupanya, hanya dalam beberapa bulan kemudian, seorang jemaatnya di Lampung bersedia menanggung seluruh biaya kuliah anak pendeta tersebut sampai tamat.
Ketika Tuhan memanggil Abraham, semua masih tidak jelas. Bahkan tempat tujuannya saja ia belum tahu. Banyak alasan baginya untuk tidak menaati Tuhan. Ia sudah memiliki kehidupan yang mapan di antara sanak saudaranya. Ia hanya belum punya anak. Tetapi, Abraham taat. Ia tidak selalu berhasil dengan mulus, tetapi imannya terus bertumbuh sehingga ia nantinya menjadi bapa dari semua orang beriman. Ketaatannya juga berdampak pada keselamatan dunia karena keturunannya -Yesus Kristus -menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi ini. Apakah yang membuat Anda ragu menaati Allah?
Ketika Anda taat, Dia akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah. Jalan-Nya tidak selalu mudah dan menyenangkan, namun Dia pasti menyertai dan menguatkan Anda dalam menghadapi rintangan apa pun yang muncul. Menaati Dia tidak akan membuat Anda menyesal; sebaliknya, Anda akan mengalami sukacita yang besar. 
MENAATI PANGGILAN ALLAH YANG PENUH KASIH ADALAH SUMBER SUKACITA YANG SEJATI

SABDA.org
webmaster@sabda.org

"Yang melakukan kehendak Bapa"

Sarapan Jiwaku Matius 12:38-50 Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Namun bila orang yang sudah melihat masih sulit untuk percaya, apa lagi yang dapat dilakukan? Setelah Yesus melakukan mukjizat penyembuhan (Mat. 12:13, 22-23), masih saja ada ahli Taurat dan orang Farisi yang meminta tanda dari Yesus (38). Seolah mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus belum cukup untuk membuat mereka percaya. Jelas Yesus menolak permintaan semacam ini. Tanda diberikan oleh Allah sebagai sebuah karunia, bukan sebagai jawaban bagi permintaan orang yang skeptis. Lagi pula Yesus bukanlah pemain sulap yang akan memuaskan rasa ingin tahu orang yang tidak menganggap iman sebagai sesuatu yang serius. Maka iman orang Niniwe yang bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus dan ratu dari Selatan yang percaya pada hikmat Salomo, lebih terpuji daripada iman para pemuka agama yang melihat kuasa Yesus. Padahal jelas, Yesus jauh lebih mulia dari Yunus dan Salomo. Karena itu orang yang telah bertemu dengan Yesus seharusnya tidak menolak Dia, melainkan mengambil sikap untuk percaya. Sebab jika tidak, hidupnya akan seperti dikuasai tujuh roh yang lebih jahat (44-45). Orang juga tidak dapat begitu saja membanggakan diri bahwa ia tahu Yesus, seperti keluarga Yesus yang mungkin dianggap punya hak istimewa untuk bertemu dengan Dia. Perhatikanlah bahwa keluarga Yesus sekalipun tidak lebih tinggi daripada orang yang melakukan kehendak Bapa. Bagi Yesus, yang diperkenan adalah orang yang melakukan kehendak Bapa (50). Bicara soal iman bukan bicara mengenai sesuatu yang abstrak. Bicara tentang iman adalah bicara tentang sesuatu yang kongkret, karena iman akan nyata dengan melakukan kehendak Bapa. Orang yang beriman bukanlah orang yang skeptis dan terus menerus minta dipuaskan dengan berbagai pengalaman ajaib. Orang beriman adalah orang yang setelah mengalami karya Kristus, akan menyambut Dia di dalam hidupnya dan kemudian memperlihatkan hidup yang memuliakan Bapa. 

SABDA.org
webmaster@sabda.org

Rabu, 30 Januari 2013

"Mesias sejati"

Sarapan Jiwaku Matius 12:15-21 Usai perdebatan dengan orang Farisi, Yesus pergi menyingkir (15a). Yesus menghindari konfrontasi yang lebih terbuka dengan orang Farisi guna melanjutkan pelayanan-Nya kepada orang banyak yang mengikuti Dia. Namun, Ia melarang mereka untuk bercerita tentang diri-Nya, karena mereka salah mengerti tentang misi-Nya yang bukan hanya melakukan mukjizat. Matius mengutip Yesaya 42:1-4 untuk menjelaskan misi Yesus. Nubuat Mesianis tentang sosok Hamba Tuhan digenapi dengan sempurna dalam diri Yesus. Pertama, Ia adalah Hamba yang terpilih dengan urapan Roh Kudus, tepat seperti penyataan Bapa dalam peristiwa pembaptisan-Nya (18; lih. Mat. 3:16-17). Kedua, Yesus bekerja bukan untuk popularitas (19). Ketiga, di dalam pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Ia tidak akan membiarkan "buluh yang patah terkulai" atau "sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam" (20). Keempat, Ia akan menjadi poros pengharapan bagi semua bangsa (21). Gambaran Mesias ini berbeda jauh dengan yang diharapkan orang Israel pada saat itu. Sebab itu Yesus menyingkir guna menghindari harapan yang berlebihan terhadap diri-Nya. Di sinilah kesejatian sebuah pelayanan tergambar jelas; tidak ada upaya menonjolkan diri. Pengutusan datang dari Bapa, maka kehendak Bapalah yang terutama. Sekalipun memiliki kuasa yang mampu melakukan berbagai hal, Yesus memilih taat pada misi kemesiasan-Nya. Kekuasaan cenderung korup adalah pemeo yang terbukti benar di dunia ini. Bukan hanya berlaku untuk pemimpin politik, tetapi juga pemimpin masyarakat bahkan pemimpin agama. Banyak fakta yang menunjukkan penyelewengan dari misi mula-mula sebuah kepemimpinan. Kita bersyukur memiliki Yesus yang setia pada misi-Nya. Bagaimana dengan kesetiaan kita mengikut dan melayani Dia? Apakah kita akan seperti orang banyak dalam cerita ini yang hanya menjadikan Dia sebagai pembuat mukjizat? Atau kita menyalahgunakan kepercayaan Yesus kepada kita untuk melayani-Nya dengan mengkorupsi kemuliaan dan berkat Tuhan?

SABDA.org 
webmaster@sabda.org

Minggu, 27 Januari 2013

"Rajakan Allah!"

Sarapan Jiwaku Mazmur 93-99 kecuali 94 merupakan proklamasi bahwa Allah adalah Raja. Karena Allah adalah Raja maka respons umat seharusnya tunduk menyembah serta taat pada kehendak-Nya. Karena Dia Raja maka seharusnya "tidak ada allah lain" yang boleh bertakhta di hati dan kehidupan umat Allah. Sebagai Raja, kemuliaan-Nya digambarkan dengan pakaian-Nya (1). Pemerintahan-Nya kekal dan berkuasa sehingga semua menjadi stabil, tidak bergoyang (2). Hal ini jelas kontras dengan pemerintahan di dunia ini, yang sehebat apa pun, termasuk adi kuasa, tetap mudah goyah bahkan hancur. Karena keperkasaan Allah sebagai Raja, segala kuasa tidak dapat bertahan menghadapi-Nya (3-4). Sungai dan laut yang merupakan gambaran kuasa jahat yang mengacau dunia ini yang menggentarkan manusia, bahkan umat Tuhan tidak berdaya di hadapan Allah, Sang Raja. Kuasa jahat yang mengklaim penguasa dunia yang memperdayai manusia tidak memiliki kedaulatan apa pun atas dunia milik Allah. Bukan hanya keperkasaan, tetapi yang membuat Allah Sang Raja layak disembah adalah karakter-Nya yang mulia. Karakter itu tertuang di dalam firman-Nya dan tercermin dari bait-Nya yang kudus sehingga umat tidak dapat sembarangan menghampiri Dia. Harus ada hati yang taat penuh dan tunduk sujud menyembah-Nya baru umat dapat mendekat kepada takhta Allah dan menikmati hadirat-Nya. Gambaran PL akan kekudusan mengerikan karena bagaikan api yang menghanguskan. Di PB melalui Kristus, kita beroleh jalan masuk ke takhta-Nya tanpa khawatir hangus oleh kesucian-Nya. Bukan berarti kita bisa menghampiri Allah sembarangan. Kristus sudah mati untuk menguduskan kita, maka kita menghampiri Allah dengan menjaga kekudusan kita dan untuk mempersembahkan buah pelayanan yang menyenangkan-Nya
SABDA.org
webmaster@sabda.org

Jumat, 25 Januari 2013

"Paradoks mengikut Yesus"

Sarapan Jiwaku Matius 10:34-11:1 Injil adalah pedang yang bemata dua. Di satu sisi, pemberitaannya memberi dampak pertobatan dan hidup baru bagi yang merespons dengan positif. Di sisi lain penolakan terhadap Injil menghasilkan permusuhan dan kebinasaan. Perikop hari ini menyambung perikop sebelumnya tentang peringatan Yesus mengenai tantangan yang dihadapi dalam menunaikan tugas pemberitaan Injil. Ketajaman berita Injil bagaikan pedang, mengoyak-ngoyak keluarga oleh karena tuntutannya. Tuntutan Injil adalah percaya Yesus dan menjadikan-Nya utama. Berarti ikatan keluarga, suami-istri, orangtua-anak, kakak-adik, dst. tidak boleh menghalangi ikatan keluarga kerajaan surga. Pemisahan, perpecahan dan permusuhan akan terjadi di tengah keluarga karena iman kepada Tuhan Yesus (34-36). Yesus dan bukan keluarga harus menjadi yang utama bagi para pengikut-Nya (37). Perikop ini juga berbicara mengenai kesungguhan seseorang mengikut Yesus. Seorang pengikut Yesus juga harus siap memikul salib (38). Memikul salib artinya siap menyerahkan nyawa agar berita Injil digemakan di seluruh dunia. Kesiapan menyerahkan nyawa merupakan bukti bahwa nyawanya sudah menjadi milik Tuhan, bukan milik sendiri (39). Pedang Injil tidak selalu mengoyak dan memisahkan keluarga. Banyak orang bahkan keluarga yang merespons Injil dengan keterbukaan (bnd. Kis. 16:31-33). Duta Injil adalah utusan Yesus. Menerimanya sama dengan menerima Yesus. Memberikan dukungan sekecil apa pun (42) sama dengan mempersembahkannya kepada Yesus. Seorang duta Injil adalah orang kepercayaan Tuhan. Hidupnya milik Yesus. Maka tuntutan Tuhan agar duta Injil memikul salib tidak berlebihan. Memprioritaskan Yesus dari semua ikatan lain di dunia ini memang tidak mudah. Namun, ingatlah bahwa kasih Kristus melampaui kekerasan kepala dan hati orang berdosa. Kalau Anda sedang bergumul dengan anggota keluarga yang belum mau percaya, berdoalah kepada Tuhan Yesus. Minta belas kasih-Nya agar seisi keluarga Anda diselamatkan.

SABDA.org
webmaster@sabda.org

Rabu, 23 Januari 2013

"Duta Yesus"

Sarapan Jiwaku Matius 10:1-15 Yesus memanggil para murid-Nya bukan berdasarkan standar umum seperti memiliki gelar, prestise, jabatan, atau profesi tertentu. Ia memilih berdasarkan kehendak-Nya semata. Sebagian besar murid sebelum dipanggil sudah memiliki kehidupan yang mapan. Ada juragan ikan, bendahara, pekerja bea cukai dll. Namun ketika Yesus memanggil mereka "Ikutlah Aku", segera mereka meninggalkan pekerjaan dan keluarga dan menyertai pelayanan Yesus. Mereka ditetapkan menjadi duta Injil, untuk menyampaikan keselamatan kepada dunia (5). Yesus membekali mereka dengan otoritas (1) untuk mengusir setan dan melenyapkan segala penyakit. Ia menentukan cara pelayanan mereka, yaitu pelayanan bersama dengan orang lain, bekerja bersama-sama, dan bersama-sama bekerja. Duta tidak sembarang pergi ke mana ia mau. Sasaran yang dituju sudah ditentukan oleh Sang Pengutus (6). Perintah kerja juga dirincikan detail yaitu menyatakan kuasa kerajaan surga secara nyata (7-8). Duta melakukan pekerjaan ke segala tempat bukan dalam rangka wisata, tetapi menggenapi tuntutan tugas mulia dari Yesus yaitu menyampaikan Injil Kerajaan Sorga (7). Model pelayanan mereka persis seperti model kerja Yesus. Selain perintah, Yesus juga memberi larangan, yaitu agar tidak merepotkan diri dengan perbekalan (9-10). Yesus, Sang Pengutuslah yang memelihara hidup mereka (10b). Yesus bisa memakai si penerima Injil untuk memelihara hidup si duta Injil (11-13). Pemberitaan Injil tidak boleh terbengkalai karena kebutuhan ekonomi. Alangkah indahnya bila setiap berita Injil yang disampaikan duta diterima oleh semua orang. Namun Yesus sudah mengingatkan bahwa akan ada yang menolak Injil (13, 14, menolak salam). Yang menolak akan menerima penghakiman yang lebih berat daripada penghukuman Sodom dan Gomora (Kej. 19). Menjadi duta Injil bukan pilihan juga bukan berdasarkan kerelaan sebagai relawan. Menjadi duta Injil adalah panggilan mulia, tugas setiap orang yang sudah mengalami kuasa dari Raja kerajaan surga.

SABDA.org
webmaster@sabda.org

Selasa, 22 Januari 2013

"Mengalami karya Yesus"

Sarapan Jiwaku Matius 9:18-38
Banyak orang Kristen memahami keselamatan terbatas hanya pada ‘kalau mati masuk surga’. Padahal, karya keselamatan Kristus bukan hanya untuk keselamatan pada kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan masa kini. Keselamatan sudah dapat dinikmati pada masa sekarang. Kuasa kerajaan surga itulah yang sedang dialami oleh mereka yang berjumpa dengan Yesus dalam perikop kali ini. Dalam perikop ini dipaparkan tentang penyakit yang tak bisa lagi ditangani oleh dokter bahkan yang berujung pada kematian.
Namun, belas kasih Yesus (36) dan kuasa-Nya (35) dicurahkan untuk membangkitkan seorang anak yang sudah mati (25), membebaskan seorang wanita dari pendarahan dua belas tahun (22), mencelikkan mata dua orang buta (30), serta melepaskan seorang bisu dari kerasukan setan (32). Dari karya penyelamatan yang dilakukan Yesus, kita menemukan respons-respons berbeda. Kepala rumah ibadat itu percaya bahwa tangan Yesus berkuasa menghidupkan anak perempuannya yang baru meninggal (18). Wanita yang pendarahan itu percaya bahwa cukup menjamah jubah-Nya ia akan sembuh (21). Dua orang buta itu, sekalipun tidak melihat, tetapi imannya dapat menembus keterbatasannya mengakui bahwa Yesus adalah Mesias (Anak Daud) yang dijanjikan para nabi (28). Sahabat atau keluarga orang yang bisu itu percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya (32).
Orang banyak yang menyaksikan kuasa Yesus, memahsyurkan nama-Nya ke seluruh wilayah (26, 31, 33). Justru, orang Farisi yang adalah pemuka agama merespons negatif dengan tuduhan Yesus memakai kuasa Iblis untuk mengusir roh jahat (34).
Bagaimana respons kita?
Landasan karya Yesus, sang Raja kerajaan surga adalah belas kasih terhadap mereka yang "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" (36). Maka, Ia mengundang kita semua yang sudah mengalami belas kasih dan kuasa-Nya untuk berbagian dalam memberitakan karya-Nya dan menjadi saluran berkat kuasa-Nya kepada sesama kita. Maukah kita menjadi pekerja-pekerja untuk tuaian milik Allah?

SABDA.org
webmaster@sabda.org