Page

Minggu, 27 Januari 2013

"Rajakan Allah!"

Sarapan Jiwaku Mazmur 93-99 kecuali 94 merupakan proklamasi bahwa Allah adalah Raja. Karena Allah adalah Raja maka respons umat seharusnya tunduk menyembah serta taat pada kehendak-Nya. Karena Dia Raja maka seharusnya "tidak ada allah lain" yang boleh bertakhta di hati dan kehidupan umat Allah. Sebagai Raja, kemuliaan-Nya digambarkan dengan pakaian-Nya (1). Pemerintahan-Nya kekal dan berkuasa sehingga semua menjadi stabil, tidak bergoyang (2). Hal ini jelas kontras dengan pemerintahan di dunia ini, yang sehebat apa pun, termasuk adi kuasa, tetap mudah goyah bahkan hancur. Karena keperkasaan Allah sebagai Raja, segala kuasa tidak dapat bertahan menghadapi-Nya (3-4). Sungai dan laut yang merupakan gambaran kuasa jahat yang mengacau dunia ini yang menggentarkan manusia, bahkan umat Tuhan tidak berdaya di hadapan Allah, Sang Raja. Kuasa jahat yang mengklaim penguasa dunia yang memperdayai manusia tidak memiliki kedaulatan apa pun atas dunia milik Allah. Bukan hanya keperkasaan, tetapi yang membuat Allah Sang Raja layak disembah adalah karakter-Nya yang mulia. Karakter itu tertuang di dalam firman-Nya dan tercermin dari bait-Nya yang kudus sehingga umat tidak dapat sembarangan menghampiri Dia. Harus ada hati yang taat penuh dan tunduk sujud menyembah-Nya baru umat dapat mendekat kepada takhta Allah dan menikmati hadirat-Nya. Gambaran PL akan kekudusan mengerikan karena bagaikan api yang menghanguskan. Di PB melalui Kristus, kita beroleh jalan masuk ke takhta-Nya tanpa khawatir hangus oleh kesucian-Nya. Bukan berarti kita bisa menghampiri Allah sembarangan. Kristus sudah mati untuk menguduskan kita, maka kita menghampiri Allah dengan menjaga kekudusan kita dan untuk mempersembahkan buah pelayanan yang menyenangkan-Nya
SABDA.org
webmaster@sabda.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar