Page

Jumat, 01 Februari 2013

"Yang melakukan kehendak Bapa"

Sarapan Jiwaku Matius 12:38-50 Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Namun bila orang yang sudah melihat masih sulit untuk percaya, apa lagi yang dapat dilakukan? Setelah Yesus melakukan mukjizat penyembuhan (Mat. 12:13, 22-23), masih saja ada ahli Taurat dan orang Farisi yang meminta tanda dari Yesus (38). Seolah mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus belum cukup untuk membuat mereka percaya. Jelas Yesus menolak permintaan semacam ini. Tanda diberikan oleh Allah sebagai sebuah karunia, bukan sebagai jawaban bagi permintaan orang yang skeptis. Lagi pula Yesus bukanlah pemain sulap yang akan memuaskan rasa ingin tahu orang yang tidak menganggap iman sebagai sesuatu yang serius. Maka iman orang Niniwe yang bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus dan ratu dari Selatan yang percaya pada hikmat Salomo, lebih terpuji daripada iman para pemuka agama yang melihat kuasa Yesus. Padahal jelas, Yesus jauh lebih mulia dari Yunus dan Salomo. Karena itu orang yang telah bertemu dengan Yesus seharusnya tidak menolak Dia, melainkan mengambil sikap untuk percaya. Sebab jika tidak, hidupnya akan seperti dikuasai tujuh roh yang lebih jahat (44-45). Orang juga tidak dapat begitu saja membanggakan diri bahwa ia tahu Yesus, seperti keluarga Yesus yang mungkin dianggap punya hak istimewa untuk bertemu dengan Dia. Perhatikanlah bahwa keluarga Yesus sekalipun tidak lebih tinggi daripada orang yang melakukan kehendak Bapa. Bagi Yesus, yang diperkenan adalah orang yang melakukan kehendak Bapa (50). Bicara soal iman bukan bicara mengenai sesuatu yang abstrak. Bicara tentang iman adalah bicara tentang sesuatu yang kongkret, karena iman akan nyata dengan melakukan kehendak Bapa. Orang yang beriman bukanlah orang yang skeptis dan terus menerus minta dipuaskan dengan berbagai pengalaman ajaib. Orang beriman adalah orang yang setelah mengalami karya Kristus, akan menyambut Dia di dalam hidupnya dan kemudian memperlihatkan hidup yang memuliakan Bapa. 

SABDA.org
webmaster@sabda.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar